Tanggal 3 April merupakan peringatan Hari Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Isra Mi'raj adalah salah satu mukjizat Rasulullah SAW yang disebutkan dalam surat Al-Isra' ayat 1. Isra Mi'raj sendiri terdiri atas dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Rasulullah mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.[1]

Peristiwa Isra’ Mi’raj 

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Mekah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang paling populer.

Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah RA meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.

Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan†oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.[2]

Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “Turunlah dan kerjakan shalatâ€. Rasulullah pun turun. Jibril berkata, “Di manakah engkau sekarang ?â€

“Tidak tahuâ€, kata Rasululullah. “Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.

Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke bukit Tursina tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullahmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian terjadilah peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad untuk disucikan dengan air Zamzam oleh Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum berangkat ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.

Sesampainya di Yerussalem, Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah Rasululullah memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasulululah bertanya : “Siapakah mereka ?â€
“Saudaramu para Nabi dan Rasulâ€.

Nabi Muhammad kemudian menjadi imam bagi nabi-nabi terdahulu ketika melaksanakan salat sunnah dua rakaat di Masjidil Aqsa. Jibril membawa dua gelas minumam berisi susu dan arak, Nabi memilih susu sebagai isyarat bahwa umat Islam tidak akan tersesat.

Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasululullah melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju ke langit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

Dan sesungguhnya Nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. "Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar". (QS. An Najm,53: 13-18).

Di langit pertama Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam AS, di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa AS dan Yahya AS, di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf AS, di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris AS, di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun AS, di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa AS dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim AS.

Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad, Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayangan dan Aku-pun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa, Aku-pun menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Aku-pun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Kuâ€. Nabi kemudian menerima perintah untuk membawa amanah Allah berupa salat 50 waktu dalam sehari semalam untuk Nabi Muhammad dan umatnya.

Kemudian Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan pulang di langit keenam, beliau bertemu Nabi Musa A.S. Terjadilah percakapan di antara keduanya, Nabi Musa menanyakan apa yang dibawa Muhammad setelah menghadap Allah. Nabi Muhammad kemudian menjelaskan mengenai perintah untuk melakukan salat 50 waktu dalam sehari semalam. Nabi Musa lantas menyuruh Nabi Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan.

Nabi Muhammad lantas kembali kehadirat Allah untuk meminta keringanan. Permintaan tersebut dikabulkan, perintah salat diturunkan menjadi 45 kali. Setelah itu Muhammad kembali dan bertemu lagi dengan Musa. Dikisahkan Nabi Muhammad SAW sempat beberapa kali pulang pergi untuk meminta keringanan salat, hingga akhirnya turun menjadi lima kali dalam waktu sehari semalam.

Setelah perintah salat diturunkan menjadi lima waktu dalam sehari semalam, dikisahkan bahwa Nabi Musa masih menyuruh Muhammad untuk meminta keringanan. Tapi Nabi Muhammad tidak berani lagi melakukannya karena malu pada Allah, ia pun rela dan ikhlas dengan ketentuan tersebut. Nabi akhirnya kembali dengan membawa perintah salat selama lima waktu yang kita kenal sebagai salat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya'.

Kemudian Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemulian yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukurâ€. Lalu Rasulullah memuji Allah atas semua itu.

Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan izin Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkanâ€. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak terlintas dihati manusia. Semua itu membuat Rasul kagum dan untuk mengejar surgalah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasululullah diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram.[2]

Isra’ Mi’raj dan Sains

Peristiwa Isra’ Mi’raj ini dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan khususnya Fisika Modern. Jika kita menggabungkan pemahaman ayat – ayat Al – Qur’an perihal peristiwa tersebut dengan teori – teori sains khususnya fisika, maka niscaya keyakinan kita akan bertambah.

Secara sederhana, peristiwa Isra’ Mi’raj di bagi menjadi 2 etape hal ini sesuai dengan kata penyusunnya yaitu Isra’ dan Mi’raj. Isra’ merupakan perjalanan dari Masjidil Haram yang berada di kota Makkah menuju Masjidil Aqsho yang terletak di kota Yerussalem. Perjalanan ini merupakan perjalanan horizontal yang berjarak sejauh 1500 Km. Mi’raj merupakan peristiwa naiknya nabi Muhammad bersama malaikat Jibril dari Masjidil menuju Sidratul Muntaha yang mana membuat nabi Muhammad sampai tercengang baik saat perjalanan hingga sampai ke tempat yang penuh misteri yang tertutup oleh misteri. Mi’raj identik dengan perjalanan vertikal yang mana terbang menembus 7 lapis langit serta melewati berbagai dimensi hingga sampai ke dimensi 9, dimensi tertinggi yang sanggup dicapai oleh nabi Muhammad SAW.

Telah diceritakan bahwasanya sebelum Nabi Muhammad berangkat melakukan Isra’ terlebih dahulu ia dibersihkan oleh malaikat Jibril dengan air zam – zam. Hal ini dimaksudkan untuk merubah badan dari nabi Muhammad dari yang tersusun atas partikel – partikel organik penyusun tubuh seperti sel otak, sel darah, dan banyak lainnya dirubah menjadi badan cahaya yang tersusun atas foton, yaitu kuantum – kuantum penyusun cahaya yang memiliki massa sangat ringan.

Karena malaikat Jibril dan juga Buraq merupakan makhluk yang berbadan cahaya yang mana tersusun atas photon – photon yang sangat ringan maka nabi Muhammad pun dirubah badannnya menjadi badan cahaya agar mampu melesat dengan kecepatan cahaya. Karena jika nabi Muhammad melakukan perjalanan menggunakan tubuh normal dengan kecepatan cahaya sebesar 300.000 km/detik, maka tubuh Nabi Muhammad akan hancur lebur layaknya abu sisa pembakaran.

Contoh konkritnya adalah para pilot pesawat terbang, jika mereka melakukan manuver pesawat melawan medan gravitasi maka para pilot sedang menahan tekanan yang sedemikian besarnya. Jika dia bermanuver ke langit dengan percepatan 2 kali gravitasi Bumi (2G), maka badannya akan mengalami tekanan dua kali lipat dari biasanya. Kalau bobot badannya Dada kondisi normal 80 kg, misalnya, maka pada saat melakukan manuver itu bobotnya akan menjadi 160 kg. Demikian pula anggota-anggota badannya juga akan mengalami perlipatan bobot. Jika kepalanya berbobot 10 kg, maka pada saat bermanuver 2G itu kepalanya akan memiliki bobot 20 kg. Demikian pula tangannya, kakinya, dan seluruh organ tubuhnya menjadi 2 kali lipat bobot semula.

Dalam peristiwa perubahan badan Nabi Muhammad menjadi cahaya, fisika modern mampu menjelaskannya yaitu dengan menggunakan teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki antimateri. Dan jika materi dipertemukan atau direaksikan dengan antimaterinya, maka kedua partikel tersebut bakal lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gama. Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika ada partikel proton dipertemukan dengan anti proton, atau elektron dengan positron (anti elektron maka kedua pasangan partikel tersebut akan lenyap dan memunculkan dua buah sinar gamma, dengan energi masing-masing 0,511 MeV untuk pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel proton.

Sebaliknya, jika ada seberkas sinar Gamma yang memiliki energi sebesar itu dilewatkan medan inti atom, maka tiba – tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah pasangan partikel seperti di atas. Hal ini menunjukkan bahwa materi memang bisa diubah menjadi cahaya dengan cara tertentu, yang disebut sebagai reaksi Annihilasi.

Kemudian walaupun Nabi Muhammad sampai ke Masjidil Aqsho dalam waktu 0,005 detik karena melesat dengan kecepatan cahaya yang demikian cepatnya, nyatanya nabi Muhammad masih bisa melihat area sekitar dalam artian masih sadar sepenuhnya. Hal ini dipengaruhi oleh teori relativitas waktu, yang mana adanya perbedaan waktu antara dunia manusia dengan dunia malaikat menyebabkan Rasulullah merasakan sepenuhnya perjalanan itu. Sehingga segala peristiwa yang terjadi dalam perjalanan, beliau bisa mengingat dan menceritakan kembali.

Hal ini layaknya seperti orang yang sedang bermimpi. Meskipun orang tersebut hanya bermimpi selama 1 menit, tetapi dia bisa bercerita tentang mimpinya yang ‘sangat panjang’ Kenapa demikian? Karena waktu yang berjalan di dunia mimpi dan dunia nyata berbeda. Sama dengan yang terjadi pada Rasulullah SAW. Pada waktu itu, beliau tidak sedang bermimpi. Beliau betul-betuI melakukan perjalanan dengan badannya. Tetapi badan yang sudah diubah menjadi cahaya. Nah, karena adanya relatiyitas waktu, maka waktu yang sekejap Itu pun bagi Rasulullah sudah cukup untuk menangkap seluruh kejadian yang dialaminya. Maka, tidak heran jika beliau bisa menjawab berbagai pertanyaan orang kafir yang ingin mengujinya.

Di antaranya, beliau bisa bercerita betapa dalam perjalanan ltu ada sekelompok kafilah atau pedagang yang unta dan kudanya lari ketakutan, saat Rasulullah SAW dan Jibril melintas di dekatnya. Para kafilah itu tidak bisa melihat Rasulullah yang berbadan cahaya, tetapi rupanya unta dan kuda-kuda mereka bisa merasakan kehadiran Rasulullah, Jibril dan Buraq yang melintas dengan kecepatan sangat tinggi.[3]

Sobat100, demikianlah beberapa penjelasan peristiwa Isra’ Mi’raj yang dipadukan dengan sains modern khususnya fisika modern.

 

 

DAFTAR PUSTAKA :

  1. Richard C. Martin, Said Amir Arjomand, Marcia Hermansen, Abdulkader Tayob, Rochelle Davis, John Obert Voll, ed. 2003. Encyclopedia of Islam and the Muslim World. Macmillan Reference USA. hlm. 482
     
  2. Rafi, Abi. 2019. Kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. paripurna.com
  3. Mubarok, Syafi'ul . 2015. Isra’ Mi’raj dan Sains. wordpress.com