Halo Sobat100 kali ini kami tim100 menyapa kembali para orang tua dan para pelajar di seluruh penjuru negeri. Tak terasa sudah akhir bulan November di sekolah - sekolah biasanya mulai dipadati dengan agenda ulangan (ujian) dan umumnya sudah akan menghadapi Ulangan umum. Kali ini tim100 berbagi sebuah artikel sebuah pengalaman dari seorang konsultan anak. Tim100 berharap setelah membaca artikel ini bisa membuat anak malas belajar menjadi rajin belajar dan bertanggung jawab.

Bagian 1

Suatu hari seorang anak bersama dengan orang tuanya berada di suatu klinik konseling. Masalah yang dikeluhkan orang tua atas anaknya yaitu malas belajar, suka membangkang di rumah dan juga di sekolah serta menyendiri tak mau bergaul.

Selain itu juga kurang peduli pada diri sendiri sehingga tak akan makan kalau tidak dipaksa, tidak mau mandi kalau tidak dimarahi sampai suara serak dan juga termasuk malas melakukan hal-hal yang untuk kepentingan peribadinya. dan seakan tak punya tujuan hidup. Anak ini cewek berusia 11 tahun dan duduk di kelas 5 SD. Anak ini hanya bergaul dengan laptopnya.

Orang tuanya menyatakan bahwa mereka sudah bosan menasihati si anak. Termasuk menggunakan berbagai macam ancaman dan hukuman yang ujungnya tak mempan juga.

Setelah kedua orang tuanya berkonsultasi (si anak menunggu di luar ruangan) maka sang konsultan kemudian meminta waktu untuk berbincang dengan anaknya.

Awalnya si anak diam saja saat diajak bercakap - cakap. Hanya menganggukan dan menggelengkan kepala. Dan matanya melihat ke bawah ke arah kakinya. Upppssss … tantangan juga nih kata sang konsultan dalam hati.

Lalu sang konsultan terpikir untuk membuka laptop karena dari percakapan dengan orangtuanya didapatkan cerita bahwa anak ini suka banget dengan laptop.

“Sri (nama samaran), om punya laptop nih. Biasa kamu kalau buka laptop sukanya baca apa atau lihat apa? Kamu punya akun facebook ya ?â€, pancing sang konsultan membuka percapakan lagi.

Dan kembali lagi sang konsultan hanya mendapati jawaban berupa anggukan dan gelengan kepala yang membuatnya bingung.

Lalu sang konsultan pancing lagi dengan beberapa pertanyaan seputar laptop. Kemudian mengajukan beberapa pernyataan yang intinya sang konsultan menjamin bahwa dia boleh cerita apapun padanya dan sang konsultan akan berusaha memahaminya dan berjanji tak akan mengatakan apapun pada kedua orangtuanya.

Tiba-tiba sang konsultan dibuat terkejut dengan tatapan matanya yang menatap tajam ke padanya dan mengatakan, “ Om janji gak tak akan cerita pada siapapun?â€

Wuahhhhh … ini dia yang sang konsultan tunggu.

“yup … om janji. Kamu boleh cerita apapun dan amanâ€, kata sang konsultan.

“ Oke, Om saya sebenarnya tidak seperti yang disangka oleh guru - guru saya dan mama papa saya. Saya buka laptop karena saya mengerjakan sesuatuâ€, kata Sri.
“Maksud kamu apa? Kamu menjalankan bisnis online?â€, tanya sang konsultan.

“Om janji ya tidak akan cerita pada siapapun juga. Saya akan beritahu Om. Tapi janji yaâ€, kata Sri sambil menatap tajam pada sang konsultan.

sang konsultan kagum juga karena anak ini berani menatap tajam padanya dan mengatakan sesuatu dengan serius.

Luar biasa sekali, anak ini bukan anak sembarangan. Pasti anak ini punya sesuatu yang tidak diketahui oleh orang - orang dekatnya – kata sang konsultan dalam hati.

Dengan menatap tajam dan serius saya menjawab, “Kamu bisa percaya pada Om. Om akan pegang janji untuk tidak bercerita pada siapapun juga. Dan jika Om mau cerita pada mama papamu maka Om akan minta ijin pada kamu. Jika kamu tidak memberikan ijin maka Om tak akan pernah ceritaâ€.

http://3.bp.blogspot.com/-ILfL2lcXB0A/U-CrRh8QbsI/AAAAAAAAAaw/qkNuauyPUjc/s1600/blogger-logo.jpg

“Om sebenarnya saya membuat sebuah review game dalam blog pribadi saya. Saya sudah menuliskannya sejak 2 tahun lalu. Dan blog saya sekarang mulai dijadikan tolok ukur para gamer yang akan membeli sebuah game. Mereka melihat review saya terlebih dahulu untuk mengambil keputusan membeli sebuah gameâ€, jawab Sri.

sang konsultan hanya terdiam melongo dengan mata terbuka lebar………

sang konsultan tak mampu berkata apapun, hanya menatap tajam pada Sri, bocah 11 tahun yang kurus ceking. sang konsultan hampir meneteskan air mata. Bahkan pada saat sang konsultan menuliskan kisah ini, kenangan bercakap - cakap dengan Sri terputar kembali dan matanya berair.

‘Anak sehebat ini di-LABEL-i dengan berbagai hal negatif seperti yang disampaikan oleh orang tuanya pada diri sang konsultan’ kata dalam hati sang konsultan.

Ohhhh … betapa sebagai orang tua seringkali kita kurang mau menggali lebih dalam dan memahami anak - anak kita.

 

Bagian 2

Sri memang anak yang hebat. Review game yang ia tulis di blognya menggunakan bahasa Inggris. Sebuah prestasi yang hebat untuk anak seusianya. Sementara sang konsultan memerhatikan blognya dan melihat - lihat isi dan komentar para pengunjung blognya ia terus bercerita tentang blognya.

sang konsultan kemudian bertanya dalam bahasa Inggris sekalian untuk menguji Sri, “So you played those games for the sake of good reviews ?â€

“Yes, I had to try first and sometime it need a couple of days to found any shortcomings in a game and then I made reviews. It make my parents angry because they thought I wasted my timeâ€, jawab Sri.

“Why don’t you tell the truth?â€, tanya sang konsultan.

“They never listen to meâ€, jawabnya sambil menunjukkan sinar mata marah yang membuat sang konsultan agak terkejut.

Sedemikian dalamkah luka hatinya?

Lalu sang konsultan berpikir bahwa bagaimanapun orang tua Sri harus tahu hal ini agar mereka bisa mendapatkan gambaran seimbang tentang apa yang dilakukan anaknya.

sang konsultan kemudian menjelaskan pada Sri bahwa apa yang dilakukannya adalah hal hebat dan ia tetap harus menjalankan tugas kewajiban pribadinya sebagai pelajar dan juga harus bersosialisasi karena hidup bukan hanya sekedar di depan laptop menulis review dari sebuah game. sang konsultan menawarkan sebuah perjanjian pada Sri tentang apa yang harus dilakukannya. sang konsultan tak melarangnya melakukan apa yang ia suka namun sang konsultan juga menyadarkan Sri tentang menjalani kehidupan yang seimbang di semua aspek hidupnya.

Sri memberikan ijin pada sang konsultan untuk bercerita pada kedua orang tuanya dan menjadi mediator dalam hal ini.

Singkat cerita sang konsultan bertemu dengan kedua orang tuanya lagi dan menceritakan apa yang sang konsultan dapatkan dari percakapan dengan Sri.

sang konsultan kaget saat ayahnya menceritakan juga bahwa Sri sebelumnya dibawa ke seorang psikolog dan dilarang menggunakan laptop selama beberapa minggu. Akhirnya Sri berontak dan malah semakin menentang kedua orangtuanya.

Sampai pernah suatu ketika ayahnya membanting laptop Sri saking jengkelnya. Tetapi itu pun tak menyurutkan niat Sri untuk tetap meminta laptopnya dikembalikan dan diijinkan pakai baru ia mau sekolah.

Saat sang konsultan bertanya pada ayahnya, “Tahukah Bapak sebenarnya apa sih yang dilakukan Sri?â€

Ayahnya menjawab bahwa Sri hanya bermain game.

Kemudian sang konsultan membuka laptopnya lagi dan menyodorkan pada ayahnya tentang apa yang dilakukan Sri di blognya.

Komentar pertama yang meluncur dari mulut ayah dan ibunya adalah, “Itu yang buat Sri? Anak saya?â€

Saya menjawab dengan tegas bahwa memang itu yang buat Sri. Sebuah blog dengan review atas banyak game an ditulis dalam bahasa Inggris.

Ayah dan ibunya terbelalak dan sang konsultan melihat kedua orangtua tersebut menatap layar laptop saya dengan mengucurkan air mata.

Yang sang konsultan ingat adalah ayah Sri yang menggumam terus menerus,â€Ini anak saya yang buat?â€

sang konsultan sampai menegaskan berulang kali bahwa itu memang Sri yang buat dan sang konsultan sudah mengujinya dengan bercakap - cakap dalam bahasa Inggris yang ditanggapi Sri dengan lancar.

Dan sekali lagi mereka juga tak pernah tahu bahwa Sri sangat lancar dan fasih berbahasa Inggris!

Whatttttt????

sang konsultan tersambar petir. Mereka kedua orang tuanya yang hidup bersama Sri dan membesarkan Sri bertahun - tahun tak pernah tahu kehebatan anaknya???

http://1.bp.blogspot.com/-6nt68GJOstE/U9HtTI416hI/AAAAAAAAByI/UJ9Jh_cd4BQ/s1600/menghakimi.jpg

Akhirnya sang ayah mengatakan,â€Selama ini kami hanya mengetahui keburukan Sri dan tak pernah mau tahu apa kehebatannya. Kami menghakiminya dan membawanya kesana kemari dan hanya mengatakan masalah keburukan Sri semataâ€.

Saat sang ayah mengatakan hal tersebut tangisnya benar - benar tak terbendung. Dan sang ibu menimpali,â€Kami berdosa pada Sri. Pantas saja ia membangkang karena ia pasti merasa kami tak mau memahaminyaâ€

Ohhh … saya hanya bisa terdiam.

Satu lagi orang tua yang akhirnya menyadari bahwa apa yang selama ini mereka lakukan dan pikirkan terhadap anaknya sangat keliru.

Orang tua yang selama ini menggembar - gemborkan tahu apa yang terbaik untuk anaknya ternyata tak tahu apapun tentang anaknya kecuali keburukan anaknya.

Semua itu hanya masalah komunikasi yang kurang sinkron. Ya … sebagian besar masalah anak-orangtua adalah karena ketidaksinkronan komunikasi.

Apa yang terjadi? Akhirnya maksud baik orangtua tidak tersampaikan pada anak karena komunikasi yang kurang tepat. Akhirnya anak salah memaknai maksud baik orangtua. Hal ini bisa dimaklumi karena keterbatasan pola pikir dan wawasan anak. Kita tak bisa mengharapkan anak memiliki pola pikir dewasa seperti kita bergaul dengan orang sebaya.

Anak-anak tetaplah anak-anak dengan segala keterbatasan wawasannya. Justru kitalah sebagai orangtua yang perlu memahami cara pikiran bekerja dan menggunakan komunikasi yang sesuai dengan cara kerja pikiran itu untuk membimbingnya ke level yang lebih tinggi.

Dan perlu dicatat disini bahwa yang dimaksud memahami anak TIDAK BERARTI menuruti semua kehendak anak. Memahami anak adalah mengerti apa yang ia butuhkan dan kemudian menggunakan keterampilan komunikasi yang tepat untuk membimbing mereka ke level pemikiran yang lebih tinggi sehingga mereka mampu mengeluarkan potensi terbaik dirinya.

 

Bagian 3

Kita sangat percaya setiap orangtua mencintai anaknya, bermaksud memberikan yang terbaik untuk anaknya dan bersedia melakukan apapun agar anaknya kelak sukses dalam hidupnya.

http://ictwatch.com/internetsehat/wp-content/uploads/2012/09/teen1.jpg

Namun seringkali maksud baik orang tua tersebut tidak tersampaikan karena jeleknya keterampilan komunikasi. Saat orang tua memberikan nasehat pada anak maka :
– Hal tersebut sudah dianggap komunikasi
– Orangtua “berpikir†anak pasti paham karena nasehat diberikan dalam bahasa Indonesia yang normal
– Orangtua “berpikir†anak pasti mau melakukan karena itu baik untuk anak sehingga ketika anak tak melakukan orangtua merasa diabaikan, tak didengarkan dan akibatnya marah pada anak

Orangtua tidak menyadari bahwa anak :
– Memiliki pikiran yang cara kerjanya bahkan orangtua pun tak tahu bagaimana pikiran itu menyimpan informasi
– Memiliki kebutuhan emosi dasar yang harus terpenuhi lebih dahulu baru kemudian bisa memproses informasi yang diterima
– Memiliki sebuah kepribadian yang unik yang bisa jadi sangat berbeda dengan orangtua dan saudaranya. Sehingga apa yang baik dan bisa diterapkan pada saudaranya atau bahkan pada orangtuanya belum tentu bisa berhasil jika diterapkan pada anak yang bersangkutan
– Belum memiliki wawasan dan cara pikir seperti orangtua

Sebaliknya saat anak menerima nasehat atau pun kata-kata dari orangtua seringkali merasa :
– tidak dipahami
– tidak dianyomi
– diperlakukan tidak adil
– tidak dipercaya
– diremehkan kemampuannya
– disudutkan

Dan akhirnya karena ketidaksinkronan hal di atas maka komunikasi menjadi penghalang di antara orangtua – anak.

Orangtua merasa mencintai anaknya dan telah melakukan banyak untuk anak sementara anaknya dianggap kurang menghargai orangtua.

Sedangkan di pihak lain, si anak merasa tidak dicintai, tidak dipahami dan tidak punya otoritas untuk memutuskan apa yang ia sukai.

Jadiiiiiii …… gak nyambung deh. Tak salah kan kalau muncul masalah di antara anak – orang tua.

Jadi apa yang penting dalam sebuah komunikasi orangtua – anak.

Hal yang sangat mendasar yang saya mau ingatkan pada Anda semua adalah :
– perilaku anak adalah respon dari sikap, tindakan dan ucapan orangtuanya
– perilaku anak muncul karena ada kebutuhan emosi yang hendak dikatakan anak pada orangtua namun karena keterbatasan anak akhirnya mereka tidak mampu mengatakannya tapi menampilkan perilaku yang diharapkan anak dimengerti oleh orangtuanya
– saat orangtua semata-mata menanggapi perilaku anak maka orangtua gagal untuk memahami apa sebenarnya masalah utama si anak

kesalahan paling banyak yang terjadi dalam komunikasi orangtua – anak adalah :
– orangtua melabel anaknya tanpa sehingga malah memperkuat perilaku buruk si anak. Contoh : kamu itu ceroboh ya, kamu itu anak bandel, kamu itu bisanya hanya makan saja, kamu itu anak malas
– orangtua menuduh tanpa klarifikasi. Contoh : kamu ya yang buat adikmu menangis, kamu kemarin pasti tak belajar ya sehingga ulanganmu jelek,
– orangtua langsung memberikan solusi tanpa bertanya pada anak bagaimana perasaannya dan apa yang diinginkannya (tergantung usia) : kamu ikut les piano saja karena itu bagus sebab dulu papa ingin belajar piano tapi kakek tak sanggup biayai (ada agenda tersembunyi untuk menuntaskan hasrat masa lalu orangtua)
– orangtua membandingkan anak dengan dalih untuk memotivasi : coba kamu lihat adikmu tanpa diminta langsung belajar sendiri, coba kamu lihat si Anton dia begitu mandiri dan berani tampil, kamu jangan bodoh-bodoh seperti si Dungu itu ya

Dan masih banyak lagi kalau mau didaftar.

Nah kalau begitu apa prinsip utama komunikasi agar anak merasa aman, dicintai, dipahami namun tetap dapat diarahkan sesuai potensinya?

Prinsip utamanya adalah dengarkan perasaan anak dan akui perasaan tersebut. Perasaan anak adalah faktor utama yang mendorong anak memunculkan suatu perilaku tertentu.

Contoh seorang anak mengeluh karena tak bisa menguasai pelajaran matematika. Anak tersebut mengatakan, “aduhh susah banget sih matematika ini!â€

Respon orangtua kebanyakan:
– kamu sih anak bego dan malas ( me-LABEL-i)
– kamu pasti kalau dikelas tak pernah mendengarkan guru (menuduh)
– coba kamu belajar lagi lebih tekun jangan keburu mengeluh (memberi solusi)
– ihhh kenapa sih kamu tak serajin temanmu untuk belajar matematika (membandingkan)

Respon yang harusnya Anda lakukan adalah “mendengarkan perasaan†anak.

Mengapa anak mengatakan seperti itu ? pasti ada sebuah perasaan yang mendorongnya. Tanggapi perasaan itu. Jadi tanggapan yang mungkin adalah :
– kamu merasasudah belajar banyak tapi masih tetap tak bisa menguasai ya ?
– kamu merasa jengkel dengan dirimu sendiri ya ?
– kamu merasa tak ada yang bisa bantu kamu memahami soal-soal matematika itu ya ?

Nah kemungkinan-kemungkinan tanggapan seperti di atas akan membuat si anak merasa dianyomi, dipahami dan diakui perasaannya. Akibatnya adalah si anak akan membuka diri dan percakapan dari hati ke hati akan terjadi.

Sumber : Arisandi - http://www.sekolahorangtua.com

 

Catatan Editor :

https://media.licdn.com/mpr/mpr/shrinknp_400_400/p/7/005/03a/2a1/031216c.jpg

Ariesandi Setyono adalah ayah dari tiga orang anak ini adalah seorang Public Speaker, Trainer, Penulis Buku, Pengusaha dan seorang Family Hypnotherapist. Spesialisasi materi seminarnya adalah di bidang Parenting, Family Relationship, Pendidikan Anak, Financial Success, Mind Programming dan Hypnotherapy. Beliau telah berpengalaman banyak memberikan seminar ataupun workshop di berbagai kota di Indonesia dan telah diundang oleh berbagai perusahaan dan institusi. Pendengarnya datang dari berbagai kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa, karyawan, pengusaha, guru, dosen, dokter, ibu rumah tangga, staf HRD, trainer dan khalayak ramai yang peduli dengan pengembangan kepribadian. Seminar dan lokakaryanya sangat inovatif, penuh permainan dan menghibur karena Aries mengombinasikannya dengan permainan sulap dan ilusi.

Bapak Ariesandi juga seorang pendiri dan direktur Mathemagics yang merupakan franchise pendidikan matematika kepada anak-anak yang berpusat di Surabaya dengan 14 outlet di banyak kota besar di Indonesia.

Buku-buku laris beliau yang telah diterbitkan oleh Gramedia adalah : Manage Your Mind for Success, Mathemagics, Hypnoparenting, Becoming a Money Magnet dan Rahasia Mendidik Anak agar Sukses dan Bahagia. Website pribadi beliau adalah Ariesandi.com

Kecintaannya pada bidang pendidikan dan pada anak membawa dirinya untuk memberikan komitmen membangun Sekolah Orangtua untuk mendidik para orangtua menjadi yang terbaik bagi anaknya bersama Bapak Ariesandi yang merupakan sahabat lamanya sejak tahun 1996.

Semua pengalamannya selama ini telah memberikan suatu gambaran yang lengkap tentang apa yang diperlukan seseorang untuk sukses di setiap aspek kehidupan. Beliau percaya bahwa Sukses dan Bahagia hanya bisa dicapai oleh orang yang mampu mencapai keberhasilan di setiap aspek kehidupan yaitu aspek finansial, karir & bisnis, hubungan dalam keluarga, pengembangan diri dan kontribusi sosial. Beliau telah membimbing banyak orang mencapai sukses dalam berbagai aspek kehidupannya.