Sejarah Hari Orangutan Sedunia diperingati setiap tanggal 19 Agustus. Peringatan ini merupakan salah satu upaya menjaga kesejahteraan hidup orangutan yang ada di seluruh dunia. Perayaan Hari Orangutan Sedunia sebenarnya sudah ada sejak tahun 2015.

Menurut Wich et al. (2016) dalam jurnal Current Biology, orangutan memainkan peran kunci dalam menjaga keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem hutan. Keberadaan mereka merupakan indikator penting dari keberlanjutan hutan hujan tropis. Hutan yang sehat dan beragam secara biologis menyediakan layanan ekosistem penting seperti penyimpanan karbon, pengaturan iklim, dan sumber air bersih bagi komunitas manusia di sekitarnya.[1]

Sayangnya, salah satu ancaman terbesar bagi orangutan adalah berkurangnya luasan habitat aslinya. Data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa populasi orangutan terus menurun akibat kehilangan habitat dan perburuan. Lebih lanjut, penelitian oleh Meijaard et al. (2011) yang diterbitkan dalam PLoS ONE mengungkapkan bahwa sekitar 80% habitat orangutan telah hilang dalam 20 tahun terakhir, dan populasi mereka diperkirakan akan terus menurun jika kita tidak segera melakukan tindakan konservasi yang efektif.[1]

Orangutan sebagai hewan soliter, mereka tidak mempunyai banyak teman sejenis untuk mencari makanan, membuat rumah, dan kelangsungan hidup yang lain. Di alam liar, orangutan bisa hidup dengan ibunya kurang lebih 8 tahun, bahkan lebih. Induk orangutan mengajarkan anaknya hidup di hutan sebelum dapat hidup sendiri. Induk orangutan umumnya akan melahirkan setiap 8 tahun sekali dengan 4 hingga 5 bayi. Alasan inilah kenapa populasi orangutan berkembang sangat lambat.[2]

Di seluruh dunia hanya terdapat 3 jenis orangutan. Seluruhnya merupakan endemik atau asli Indonesia. Hal ini seharusnya membuat kita bangga karena memiliki keragaman biodiversitas. Namun, di samping itu binatang mengagumkan ini rupanya termasuk ke dalam kelompok satwa dilindungi. Perburuan liar dan habitat yang berkurang menyebabkan satwa ini memiliki jumlah yang tinggal sedikit di alam dan menjadi langka.

Perlu adanya upaya konservasi yang giat mengenai pelestarian orangutan. Supaya kita dapat lebih mudah dalam membantu upaya konservasi orangutan, mari kita simak 3 jenis orangutan yang berada di Indonesia. Ada jenis-jenis apa saja, sih?[3]

1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii)

Orangutan sumatera [Pongo abelii] merupakan satu dari tiga spesies orangutan yang ada di Indonesia, selain orangutan tapanuli [Pongo tapanuliensis] dan orangutan kalimantan [Pongo pygmaeus]. Di Aceh dan Sumatera Utara, habitat orangutan sumatera berada di Kawasan Ekosistem Leuser [KEL]. Termasuk jaga di Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL] dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang berada di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam. Populasi orangutan sumatera diperkirakan berjumlah sekitar 13.710 individu di habitat seluas 20.532,76 km persegi. Populasi orangutan sumatera terbesar berada di Bentang Alam Leuser yang terbagi menjadi dua metapopulasi, yaitu Leuser Barat yang berjumlah 5.920 individu dan Leuser Timur sebanyak 780 individu.[4]

2. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Habitat Orangutan Kalimantan ini adalah di daerah hutan hujan tropis yang ada di Pulau Kalimantan, di daerah dataran rendah hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter dpl. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.

Orangutan kalimantan memiliki morfologi yang tidak bebeda jauh dengan orangutan sumatera. Orangutan merupakan hewan diurnal (aktif di siang hari) dan aboreal, hewan ini memiliki tubuh gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk serta tidak memiliki ekor. Tubuh Orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka juga memiliki kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi. Pejantan orangutan kalimantan memiliki benjolan dari jaringan lemak di kedua sisi wajah yang mulai berkembang di masa dewasa setelah perkawinan pertama. Orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk.[5]

3. Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis)

Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) merupakan orangutan yang berasal dari Tapanuli, Sumatera. Hewan primata yang satu ini adalah jenis orangutan ketiga yang berhasil diidentifikasi, setelah Orangutan Kalimantan dan Orangutan Sumatera. Hal ini resmi dipublikasikan dalam jurnal internasional Current Biology pada tanggal 3 November 2017 setelah ditemukan perbedaan pada genetik ketiga orangutan tersebut.

Orangutan tapanuli memiliki ciri fisik yang berbeda dengan kedua orangutan lainnya. Tengkorak dan tulang rahang orangutan tapanuli tampak lebih halus, rambutnya tebal dan keriting, serta orangutan tapanuli jantan memiliki jenggot menonjol dengan bantalan pipi datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang.
Orangutan tapanuli diketahui menyukai makanan seperti biji aturmangan (Casuarinaceae), buah sampinur tali (Podocarpaceae) dan agatis (Araucariaceae) yang belum pernah tercatat sebagai jenis pakan. Orangutan Tapanuli memiliki perilaku harian yang dikelompokkan sebagai aktivitas makan, istirahat, menjelajah, aktivitas sosial dan aktivitas lainnya, dimana aktivitas makan merupakan aktivitas dengan persentase terbesar.
[6]

Menjaga Habitat, Cara Terbaik Lindungi Orangutan dari Kepunahan

Menjaga habitat merupakan cara terbaik untuk melindungi orangutan dari kepunahan. Upaya pelestarian habitat orangutan meliputi perlindungan hutan hujan, pengurangan deforestasi, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan. Berikut adalah beberapa cara konkret untuk melindungi habitat orangutan:

1. Melindungi Hutan Hujan:
Hutan hujan adalah rumah alami orangutan, dan deforestasi ilegal serta perambahan hutan harus dihentikan.

2. Menerapkan Pertanian Berkelanjutan:
Program sertifikasi minyak sawit berkelanjutan dan agroforestri dapat membantu menjaga hutan tetap utuh sambil tetap memenuhi kebutuhan pertanian. 

3. Pencegahan Deforestasi:
Mengurangi laju deforestasi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan kegiatan lain yang merusak hutan. 

4. Pembentukan Taman Nasional:
Menetapkan kawasan hutan sebagai taman nasional untuk melindungi habitat alami orang utan. Contohnya adalah Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatera dan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan. 

5. Melibatkan Masyarakat Lokal:
Melibatkan masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan dan pelestarian habitat orang utan, termasuk melalui pertanian berkelanjutan. 

Pencegahan Perburuan dan Perdagangan

1. Penegakan Hukum
Memberlakukan dan menegakkan hukum yang ketat terhadap perburuan dan perdagangan orang utan, serta perdagangan bagian tubuhnya. 

2. Penyelamatan dan Rehabilitasi
Melakukan penyelamatan terhadap orang utan yang menjadi korban perdagangan ilegal atau kehilangan habitat, dan memulihkan mereka di pusat rehabilitasi sebelum dilepasliarkan kembali ke alam. 

3. Pengawasan Perdagangan Ilegal
Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memantau dan mencegah perdagangan ilegal orang utan dan produk turunannya. 

Upaya konservasi yang efektif dan kesadaran global dapat membantu memastikan bahwa orangutan tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di alam liar. Melindungi orangutan adalah langkah penting dalam menjaga keanekaragaman hayati sekaligus kesehatan ekosistem hutan hujan tropis.

Penulis : Amalina
Editor : Rosyid

DAFTAR PUSTAKA:

  1. a, b Communication Team, 2024, PENTINGNYA MELESTARIKAN HABITAT ORANGUTAN, BOS Foundation Headquarters, Bogor, West Java, https://www.orangutan.or.id/id/orangutan-day
  2. ^ Tim Editor, 2023, Sejarah Hari Orangutan Sedunia dan Fakta Menariknya, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/sejarah-hari-orangutan-sedunia-dan-fakta-menariknya-211QJsGkb7L/full
  3. ^ Fattreza Ihsan, 2023, Mengenal 3 Jenis Orangutan Dilindungi di Indonesia, https://yiari.or.id/mengenal-3-jenis-orangutan-dilindungi-di-indonesia/
  4. ^ Junaidi Hanafiah, 2023, Mencermati Masa Depan Orangutan Sumatera, https://mongabay.co.id/2023/11/14/mencermati-masa-depan-orangutan-sumatera/
  5. ^ Anonim, 2015, Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), https://www.tnsebangau.com/orang-utan-pongo-pygmaeus/
  6. ^ Ayomi Amindoni, 2017, Orangutan Tapanuli, spesies baru orangutan yang masa depannya 'terancam', https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42140896